Senin, 15 April 2024

Sejarah Jurnalistik di Indonesia

 Sejarah Jurnalistik di Indonesia

 Jurnalistik Indonesia banyak mengalami perkembangan mulai dari masa penjajahan Jepang pada tahun 1942 hingga masa reformasi yang menjadi titik balik kebangkitan jurnalistik di Indonesia

Jurnalistik Era Penjajahan Belanda (Abad ke-19 hingga awal abad ke-20)

 Jurnalistik pada era pendudukan Belanda ditandai dengan diterbitkannya surat kabar Memories der Nouvelles pada tahun 1615 oleh Gubernur Jenderal VOC Jan Pieterzoon Coen. Awalnya, surat kabar ini masih ditulis tangan hingga tahun 1688, kemudian pemerintah Hindia Belanda memiliki mesin cetak yang dikirim dari negeri Belanda dan akhirnya dapat membuat surat kabar dengan cetakan pertama.

 Setelah muncul surat kabar Memories der Nouvelles, perlahan-lahan bermunculan pula surat kabar lain yang diterbitkan oleh masyarakat pribumi dan keturunan etnik Tionghoa. Kemudian, perkembangan dunia jurnalistik dan surat kabar di Indonesia terus menanjak pada pertengahan abad ke-19. 

Jurnalistik Era Penjajahan Jepang (1942 - 1945)

  Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, jurnalistik Indonesia mengalami berbagai perubahan yang mempengaruhi perkembangan media dan informasi. Namun meski demikian, seluruh informasi yang beredar di masyarakat masih dikontrol ketat oleh pemerintahan Jepang, media cenderung disensor untuk memastikan kepentingan penjajah, hal ini semua menimbulkan perubahan yang signifikan dalam gaya penulisan artikel dan laporan berita.

  Banyak tantangan yang harus dihadapi oleh para jurnalis pada masa itu, hingga menimbulkan perlawanan berupa pembentukan media rintisan dan penulisan rahasia. Pembentukan media rintisan merupakan upaya penyampaian informasi tanpa tekanan sedangkan penulisan rahasia adalah jurnalis menjalankan risiko besar untuk menulis dan menyebarkan berita rahasia demi kebenaran.

Jurnalistik Era Resolusi (1945 - 1949)

  Era ini merupakan masa yang penuh tantangan dan perjuangan bagi jurnalis. Pada saat itu, jurnalis berperan penting dalam menyebarkan informasi dan memobilisasi masyarakat dalam perjuangan kemerdekaan. Media massa, terutama surat kabar dan radio, menjadi sarana utama dalam menyampaikan berita dan menginspirasi semangat perjuangan. Meskipun menghadapi kendala seperti sensor dan tekanan dari pihak kolonial, jurnalis tetap berjuang untuk menyuarakan kebenaran dan keadilan. Sejarah jurnalistik pada masa ini memberikan inspirasi dan pembelajaran yang penting bagi generasi masa kini dalam menjalankan profesi jurnalistik yang bertanggung jawab. 

Jurnalistik Era Orde Lama (1950-an Hingga Awal Tahun 1960-an)

   Konflik antara pers sayap kanan dan sayap kiri tidak bisa dihindari. Soekarno tampaknya berpihak pada kelompok kiri, dan surat kabar sayap kanan yang anti-komunis dilarang terbit. Pengurus Partai Demokrat diinstruksikan untuk memandang pers hanya dari kemampuannya memobilisasi massa dan opini publik. Pers seolah-olah dipandang sebagai senjata yang siap menembakkan peluru (informasi) kepada massa atau masyarakat yang tidak berdaya. Pers dianggap sebagai alat yang “revolusioner”, mempunyai pengaruh yang besar dalam menggerakkan dan menggerakkan massa secara menyeluruh untuk melakukan revolusi.

 Di era demokrasi terpimpin, Soekarno cenderung memandang pers sebagai perpanjangan tangan kekuasaannya. Tahun-tahun ini dapat digambarkan sebagai kebangkitan kekuasaan pers komunis dan pers simpatisan komunis.

  Kebebasan pers pada masa Orde Lama ditandai dengan bebasnya penerbitan surat kabar selama mempunyai modal usaha. Kebebasan mengemukakan pendapat melalui surat kabar dapat dilakukan tanpa melalui perizinan resmi dari pemerintah terlebih dahulu. Kondisi kebebasan pers di Indonesia mengalami perubahan pada tahun 1950-an.

Jurnalistik Era Orde Baru (1966 - 1998)

Era Orde Baru merupakan periode yang menantang bagi jurnalis dan media massa di Indonesia. Pembatasan yang ketat dan intimidasi terhadap pers telah mengakibatkan dampak jangka panjang terhadap kebebasan berekspresi dan integritas jurnalistik di tanah air.

Pada era orde baru, pemerintah banyak melakukan hal untuk membatasi kebebasan pers seperti memberlakukan undang-undang yang membatasi kebebasan pers hingga mengontrol seluruh media massa sehingga sulit menyuarakan pendapatnya secara bebas. Hal-hal yang dilakukan pemerintah pada era itu menyebabkan jurnalis diintimidasi dan ditindas.

Jurnalistik Era Reformasi (Sejak 1998)

Era reformasi menjadi titik balik kebangkitan jurnalistik Indonesia. Pada tahun 1998 undang-undang yang mengatur tentang kebebasan pers dicabut sehingga jurnalistik bisa lebih bebas dalam berekspresi dan menyampaikan pendapat mereka, namun dibalik kebebasan itu ada penyalahgunaan sehingga banyak media yang cenderung "kebablasan".

Sebuah Perjalanan Menuju Kesuksesan

Semester 6 Dan Segala Perasaan Yang Menyertainya   Memasuki akhir semester 6 membuat Yesi, salah satu mahasiswa jurusan Administrasi Rumah S...